Pengantar Sejarah Pemikiran Politik
Opa Sari
Ilmu
Sejarah – FIB UI
1.
Analisis
pengaruh pemikiran politik nasionalisme Jawa masa kepemimpinan Sukarno.
-Pada saat Indonesia kembali menganut sistem
presidensial dimana Sukarno kembali menjadi pemimpin tunggal dengan sistemnya
yang disebut demokrasi terpimpin. Sukarno mengeluarkan satu kebijakan pada tanggal
17 Agustus 1959 pada upacara peringatan hari proklamasi RI ke-14 yakni
Manifesto Politik (Manipol). Dalam manipol ini Sukarno menjelaskan bahwa
Pancasila sebagai falsafah atau pandangan bangsa Indonesia lebih tinggi
kedudukannya dari Deklarasi Kemerdekaan Amerika dan Manifesto Komunis. Dengan
secara konsisten memiliki dasar pandangan yakni Marhaenisme adalah
sosio-nasionalisme yang berperikemanusiaan dan sosio-demokrasi yang berkeadilan
sosial. Dengan Gotong-royong yang sudah mengakar dalam budaya masyarakat
Indonesia, Sukarno yakin akan membawa Indonesia sebagai negara baru yang mampu
bergerak dalam mewujudkan kesejahteraan sosial. Walaupun kata gotong royong di
setiap daerah memiliki penyebutan yang berbeda dengan makna yang sama. Sukarno
sendiri menggambarkan masyarakat yang sejahtera dengan retorika seorang dalang
wayang kulit, ia menggambarkan negara yang serba kecukupan, yang tentram.
Menurut Sukarno yang diilhami oleh retorika dalang tersebut, negara yang
sejahtera adalah negara yang dipimpin oleh pemimpin yang mau melayani rakyat
dan rakyat yang mau berjuang bersama pemimpin untuk mencapai negara yang
sejahtera. Sukarno sejak kecil gemar menonton pertunjukan wayang. Tokoh wayang
yang paling disukai Sukarno adalah Bima, lakon Bima merupakan
produk ciptaan orang Jawa yang secara tidak langsung menginginkan sifat-sifat
Bima yang mandiri, sentosa lahir dan batin (sebagai makhluk individual), tetapi
selain itu juga berfungsi dalam hubungannya dengan masyarakat (sebagai makhluk
sosial) dengan menjaga keluarganya, mengatasi segala masalah, rukun dengan
sesamanya, mematuhi gurunya, dan berbakti kepada rajanya itu ada dalam diri
individu orang Jawa. Harapan di atas kemudian ditujukan ke arah yang lebih
tinggi, yaitu ke arah metafisik dengan cara menghamba kepada Yang Maha Kuasa
Penghambaan kepada Tuhan secara dialektis melahirkan konsep manunggaling kawula
Ian Gusti sebagai ajaran eksistensi Jawa bahwa manusia merupakan perpaduan
antara diri pribadi dan keberadaan Tuhan. Bahkan, konsep yang terakhir ini
disebutkan merupakan filosofi khas Jawa. Dengan menyatunya syarat-syarat itu
pada diri seseorang, maka orang tersebut dapat mencapai kesempurnaan hidup
dalam arti dia akan merasa aman berada di dunia atau dapat mengatasi kehidupan
dunia yang bersifat cakra manggilingan (perputaran nasib) dan aman di alam lain
yang merupakan tujuan akhir manusia. Hal ini kemudian memberi inspirasi bagi Sukarno untuk menerapkan kebijakan
dengan tetap memperhatikan keinginan rakyat.
Jadi sifat gotong-royong dalam pembangunan bangsa yang dimaksud Sukarno
itu antara pemimpin dan rakyat. Rakyat harus dikawal oleh seorang pemimpin yang
mampu dan mau mengerti mengenai keadaan rakyatnya.
-
Bagi yang
memahami dan menghayati dasar pemikiran Sukarno, Manipol merupakan hal yang
wajar karena masih merupakan kesinambungan jalan pikiran dan pandangan hidup
dari seorang Sukarno. Sukarno menolak kebudayaan barat yang individualisme dan
kapitalisme, sehingga ia mengandalkan tradisi gotong-royong dalam pembangunan
bangsanya.
2.
Analisis
pengaruh pemikiran politik masa awal kemerdekaan terhadap pembentukan negara RI!
(satu kasus)
-Setelah merdeka, tugas penting lainnya ialah
membentuk wadah formal bangsa Indonesia yang dalam hal ini mengenai Pembukaan
UUD 1945 serta pasal 33 sebagai landasan konstitusional sebuah negara yang baru
terbentuk. Pasal 33 sendiri berisi tentang penyelenggaraan kehidupan
perekonomian bangsa setelah merdeka. Pasal 33 merupakan buah pemikiran dari
Sukarno yang sebelumnya telah ia paparkan dalam pengadilan kolonial dengan
judul “Indonesia Menggugat”. Isinya mengenai praktek kapitalisme yang sudah
berkembang jauh sehingga melahirkan kolonialisme dan imperialism. Bertolak dari
hal tersebut maka pada alinea pertama Pembukaan UUD 1945 terdapat kata
“….kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa,…” bangsa disini merupakan realisasi
dari asas kebangsaan yang sudah dimantapkan dalam Sumpah Pemuda. Ini merupakan
strategi Sukarno dalam membangun Indonesia merdeka dengan mengutamakan nation and character building. Modal
dasar Sukarno adalah cetak biru Sumpah Pemuda dengan rakyat Indonesia sebagai
bahan baku yang masih harus diberikan bentuk dan warna. Sukarno mencoba
membentuk negara dengan mengutamakan manusianya sebagai objek yang harus
diolah. Sukarno yakin, jika manusia Indonesia sudah memiliki kepribadian yang
teguh dan mengerti makna nasionalisme, dengan sendirinya bangsa ini akan terus
bergerak maju. Meskipun pada perkembangannya, Indonesia akan berganti sistem
dari presidensial ke parlementer, Sukarno tetap berusaha merealisasikan
keinginannya.
-
Usaha lain yang
dilakukan Sukarno pada awal kemerdekaan adalah penyatuan wilayah teritorial
yang terdiri dari ribuan pulau di Indonesia itu menurutnya hanya dengan
mengajak rakyat Indonesia untuk memiliki kesadaran politik berbangsa dan
bertanah air satu, selebihnya hanya berupa masalah operasional yang akan dengan
mudah dilaksanakan jika sudah terbentuk secara matang konsep kesadaran politik
tersebut.
-
Selain berusaha
membangun bangsa melalui perubahan pemikiran pada rakyatnya baik dari segi
pemikiran politik,budaya,sosial, Sukarno juga berusaha melakukan pendekatan
ekonomi-politik, yakni keterlibatan suprastruktur dalam penyelenggaraan
ekonomi. Pasal 33 UUD 1945 merupakan produk pendekatan ekonomi-politik gagasan
Sukarno yang sebelumnya telah ia ulas dalam “Indonesia Menggugat”. Sukarno
dalam bidang ekonomi tidak akan menganut sistem liberal atau sistem manapun, ia
menggunakan dasar perekonomian bangsa Indonesia sejak dulu yakni gotong-royong.
Hal ini terlihat jelas dalam isi pasal 33 UUD 1945 :
(1)
Perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
-
Dengan melihat
situasi Indonesia yang baru merdeka dan memerlukan pengakuan dunia, keinginan
Sukarno itu ditunda. Dengan bergantinya sistem kekuasaan dari presidensial ke
parlemen dengan Syahrir sebagai perdana menteri, Sukarno mmencoba mendahulukan
strategi politik Syahrir dan Hatta sebagai pemikir dibelakangnya. Keinginan
Sukarno ditunda sampai Ia memperoleh kembali kekuasaannya secara penuh pada
masa demokrasi Terpimpin.
Sumber
Refrensi :
Catatan
Pribadi Opa sari
Dirdjosuparto,
Sutamto, Sukarno Membangun Bangsa : Dalam
Kemelut Perang Dingin sampai Trikora, Badan Kerja Sama Yayasan Pembina dan
Universitas 17 Agustus 1945 se- Indonesia, Jakarta : 1998
Jurnal Memahami Karakteristik Unconscious Filosofi
Jawa Melalui Tokoh Wayang Bima oleh Wening Udasmor
diakses
pada tanggal 18 Oktober 2014 pkl. 22.52 wib
Komentar
Posting Komentar